Sabtu, 21 Mei 2011

Snow White

Yah.. Daripada ga ada yang diposting, 2 cerita udah gw suguhkan buat pembaca. Kalo mungkin ngerasa kurang atau apa.. mungkin 1 cerita lagi bisa mengobati  atau kalo gak suka sama cerita ini bisa langsung close aja kok *merajuk* *nangis* Oke! Gak usah terlalu lama bermastur <---- Ralat! Berbasabasi, langsung aja! Kalo gak ngerti gapapa kok. Aku juga.


SNOW FUCKIN' WHITE



Pada suatu hari ketika musim salju, seorang ratu sedang menjahit dan tanpa sengaja jarinya terkena jarum dan berdarah.“Yee, orang aku pakai mesin jahit kok…”

Tiba-tiba mesin jahitnya meledak! Bunyinya BUM! Ruangan sang ratu menjahit hancur berkeping-keping, mesin jahit itu hancur lebur, ruangan-ruangan di sebelahnya rusak parah, saluran listrik, air, gas, telpon, internet, satelit, dan eee… sambungan telpon dengan benang, semuanya nonaktif. Bisa dibayangkan dong gimana keadaan sang ratu… Jari sang ratu terkena jarum dan berdarah.

Sang ratu melihat tetesan darah yang terjatuh di atas salju putih.
“Seandainya saja aku memiliki anak perempuan yang seputih salju, semerah darah, dan sehitam bingkai jendela itu.”

Disana nggak ada bingkai jendela, sungguh.
Beberapa tahun kemudian sang ratu melahirkan anak perempuan yang sesuai keinginannya. Kulitnya hitam, matanya merah, dan rambutnya putih.

Sang ratu nggak ingin anak seperti itu, jadi kelahiran anaknya tadi dibatalkan. Kemudian ia menggambarkan gambar anak yang diinginkannya, berkulit putih kemerahan dan berambut hitam seperti bingkai jendela itu.

Bingkai jendela yang mana sih?
Sang ratu kemudian menyerahkan draft itu ke desainer dan kemudian desainer menyerahkan pada dokter. Sang ratu melahirkan anak sesuai keinginannya, dan anak itu dinamai Snow White. Tidak lama kemudian sang ratu meninggal, kematiannya dimungkinkan karena keracunan, sebab ditemukan zat pewarna putih, hitam, dan merah di rahimnya. Hitamnya seperti bingkai jendela itu.

Bingkai yang di dekat vas itu bukan?
Sang raja yang mengetahui kematian istri yang sangat dicintainya sepenuh hati shock berat, karena itulah ia menikah lagi dengan wanita cantik yang ia pilih dari seluruh penjuru dunia, saking shocknya.
Meskipun cantik, wanita itu agak aneh. Ia sering bicara sendiri dengan cermin, padahal di kerajaan nggak ada cermin. Karena itu ia mendatangi toko cermin.
“Mas, ada cermin yang enak diajak omong nggak?”
Penjual cermin berpikir, dia ini pasti ratu talking-to-mirror-mirror-hanging-on-the-wall-you-do-not-have-to-tell-me-who-is-the-biggest-fool-of-all yang dinikahi raja. Tapi bagaimanapun juga ia sangat menghormati raja.
“Hei, ratu bodoh! Kalau mau cermin ke belakang sana! Apa?! Gitu aja minta diantar?! Manja!”
Ratu sangat terkejut, ia menangis…
“Ternyata ada juga yang tahu kalau aku ini bodoh, aku sangat terharu…”
Ratu baru itu kemudian tiba di ruangan penuh cermin. Ia mengajak salah satu cermin bicara.
“Cermin-cermin di dinding, siapakah gadis yang paling cantik?”
Cermin itu kemudian menjawab.
“Hei, siapa yang kamu maksud? Aku?”
“Yaaa… Iyalaaah…”
“Kalau gitu jangan pakai jamak, dasar ratu bodoh!”
“Wah kamu juga tahu kalau aku bodoh! (senang) Baiklah, cermin di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Tergantung…”
“Tergantung?”
“Kamu sudah melakukan hal itu dengan raja belum?”
“Hal itu? Hal yang… Itu? I… tu… Eh, gimana yaaa… Belum…”
“Heh (menyindir), dasar anak-anak.”
“Apa maksudmu?!”
“Kamu nggak tahu ya? Aku dengan istriku sudah melakukan itu puluhan kali.”
“Puluhan kali? Melakukan apa? Gimana?”
“Sudah ah, aku nggak mau menanggapi anak kecil. Bye.”
“…”
Ratu baru itu masih agak bingung. Ia pun memilih cermin lain.
“Cermin, apakah aku paling cantik?”
“Tidak.”
“Apa aku cantik?”
“Tidak.”
“Apa aku cantik?!”
“Tidak.”
“Apa kamu bisa berbicara yang lain selain tidak?!”
“Coba lagi.”
“Apa aku cantik?”
“Tidak.”
“…”
Ratu itu merasa pernah melihat hal yang sama di acara televisi kerajaan.
Ratu itu pun pasrah dan meninggalkan toko. Seketika ia kembali ia dibelikan cermin oleh raja. Ia senang dan mulai mengajak cermin itu bicara.
“Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Thou, O Queen, art the fairiest of all!”
Ratu itu tidak tahu bahasa asing, tapi ia sangat senang karena ia baru kali ini mendengar cermin berbicara. Raja yang mengetahui itupun jadi senang.
“Ternyata ia memang suka dengan cermin talking-only-thou-punctuation-o-queen-punctuation-art-the-fairiest-of-all-exclamation yang kubelikan.”
Tetapi hal itu tidak lama, tujuh tahun setelah itu (itu lama yo…) Snow White telah menjadi gadis kecil yang cantik. Kulitnya yang putih kemerahan menjadi sangat indah, dan rambutnya yang hitam menjadi sangat menyerupai bingkai jendela itu.

Kalau bukan yang di dekat vas berarti yang mana?
Ketika ratu baru (sudah tujuh tahun, sudah lama berarti) itu mencoba berkata pada cermin, ia terkejut.
“Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Thou art fairer than all who are here, Lady Queen. But more beautiful still is Snow-white, as I ween.”
“Apa?! Mengapa bicaramu berganti jadi panjang? Pendek aja aku nggak ngerti!”
Raja yang mengetahui hal itu cukup kecewa juga.
“Kenapa ia tidak suka dengan cermin talking-only-thou-art-fairier-than-all-who-are-here-punctuation-lady-queen-full-stop-but-more-beautiful-still-is-sno-white-punctuation-as-i-ween-full-stop yang baru? Padahal cermin itu lebih mahal?”
Ratu menjadi marah kepada Snow White karena namanya disebut di cermin. Ia pun menyuruh assasin untuk membunuh Snow White dan membawa hatinya sebagai bukti.
“Hei, ass! bunuh Snow White dan bawa kesini hatinya.”
“Kok aku dipanggil ass, sih? Ya udah, nggak papa, nggak ada yang senang kalau aku hidup.”
Assasin itu pergi dengan langkah lemas.
Tidak butuh waktu lama untuk assasin menemukan Snow White, Snow White berada di depan pintu kamar ratu.
“Hai, asin! Mau nemuin mama ya?”
“Mengapa sekarang aku dipanggil asin? Nasibku…”
“Kenapa, asin?”
“Nggak papa, kalau gitu aku nemuin mamamu dulu ya…”
“Oke deh kalau gitu…”
Assasin kembali ke kamar ratu.
“Ratu mencari saya? Atau saya mencari ratu?”
“Lho, udah kembali kamu. Gimana ass? Udah dapet hatinya Snow White?”
“Eh, hati? Hati… Oh! Err… Anu…”
“Wow! Apakah bola yang kamu pegang itu hatinya Snow White? Bagus sekali kerjamu. Nanti bayarannya kukirim ke rekeningmu.”
Assasin itu heran juga, ratu kan tahu kalau ini bola? Tapi nggak papa lah, setidaknya ia nggak jadi membunuh seseorang, ia takut dosa.
Tiba-tiba Snow White masuk kamar ratu.
“Mama, Snow White mau main dulu ya…”
“Baiklah, Snow. Hati-hati ya…”
“Dah mama…”
“Dah Snow…”
Assasin yang melihat itu heran, kayaknya ada sesuatu yang… Sudahlah.



Kok habis?
Lho, katanya sudahlah, ya sudah, sudah habis.

Yaaa… Nggak bisa gitu lah.
Kemudian Snow White yang kesepian di hutan kebingungan.
Kok Snow White bisa di hutan? Sebelumnya dia kan di istana?

Kemudian Snow White yang kesepian di istana kebingungan.
DI istana kok kesepian? Ramai ah.

Kemudian Snow White yang tidak kesepian di istana kebingungan.
Nggak kesepian kok kebingungan?

Kemudian Snow White yang tidak kesepian di istana tidak kebingungan.
Kalau nggak kebingungan ngapain?

Kemudian Snow White kebingungan bagaimana bisa dia yang sebelumnya berada di istana yang tidak sepi jadi tidak membuatnya kebingungan tiba-tiba berada di hutan yang sepi yang membuatnya lebih bingung lagi.

Hari sudah semakin sore, Snow White yang tersesat di hutan kebingungan, dia terus berlari.
“Bagaimana ini, hari semakin sore, garis finisnya masih tidak kelihatan…”
Setelah lama dia melihat kotej yang ukurannya kecil, kotej itu sangat kecil sehingga semua perabotannya ditaruh di luar. Disana ada meja yang diatasnya ada 7 piring kecil dengan warna berbeda-beda, ada merah, merah kemerahan, merah kemerah-merahan, merah berbintik merah, merah bergaris merah, putih berlapis merah, dan hitam yang dicat merah. Di atas piring itu hanya ada tepung, tepung, dan tepung.
“Apaan sih ini? Semua piring kok isinya tepung? Nggak ada sendok lagi, adanya sumpit.”
Bagaimanapun juga, karena ia kelaparan semua tepung itu dimakannya (dengan sumpit). Kemudian ia tertidur karena makan puding rasa obat tidur.
Tiba-tiba ada 7 kurcaci yang kelihatannya habis pulang bekerja. Mereka kaget ketika membuka pintu kotejnya.
Kurcaci pertama bertanya, “Siapa yang duduk di kursiku?”, ia bertanya sambil duduk di kursinya.
Kurcaci kedua, “Siapa yang makan di atas piringku?”, ia bertanya sambil kebingungan mencari piringnya.
Kurcaci ketiga, “Siapa yang memakan rotiku?”, ia bertanya sambil makan roti.
Kurcaci keempat, “Siapa yang memakan sayurku?”, ketika ia melihat kurcaci ketiga makan roti ia meralatnya, “Siapa yang memakan rotiku?”
Kurcaci kelima, “Siapa yang menggunakan garpuku?” … “Kapan aku punya garpu?”
Kurcaci keenam, “Siapa yang memotong dengan pisauku?”, ia bertanya sambil menggesek-gesekkan pisaunya ke tangannya, “Aduh!”
Kurcaci ketujuh, “Siapa yang minum menggunakan mugku?” … “Jangan dijawab! Aku tidak bertanya padamu!”
Kemudian ketujuh kurcaci itu tersadar, di dalam kotejnya kan nggak ada apa-apa…
Kayaknya mereka kurang tidur, ketika mereka menuju tempat tidur, mereka kaget.
“Siapa yang habis tidur di tempat tidurku?” Kurcaci pertama bertanya.
“Bukan, bukan aku!” Kurcaci kedua menyangkal.
“Siapa yang bertanya padamu?” Kurcaci ketiga bertanya.
“Bagaimana kamu bisa tahu kurcaci pertama tidak bertanya pada kurcaci kedua?” Kurcaci keempat bertanya.
“Kenapa sampai sekarang aku nggak punya tempat tidur?” Kurcaci kelima bertanya.
“Tempat tidur? Apa itu tempat tidur?” Kurcaci keenam bertanya.
“Hei, ada yang tidur di tempat tidurku!” Kurcaci ketujuh tidak bertanya.
Keenam kurcaci lain melihat tempat tidur kurcaci ketujuh, disana ia melihat ada seorang gadis yang tertidur pulas.
“Lihatlah, cantiknya gadis itu!” Kurcaci pertama berkata.
“Iya, cantik.” Kurcaci kedua mengiyakan.
“He! Ojok mbebek ae kon! (Hai! Jangan mengangsa saja kau!)” Kurcaci ketiga menghardiknas.
“Apa? Aku cantik?” Kurcaci keempat bertanya pertanyaan retoris.
“Kamu bukan gadis yoo…” Kurcaci kelima mengklarifikasi.
“Diam, diam, nanti gadis itu bangun, kasihan dia.” Kurcaci keenam menasehati teman-temannya.
“Aku harus ngomong apa ya?” Kurcaci ketujuh bingung.
Ketujuh kurcaci tersebut kemudian tertidur pulas di kasur masing-masing.
“Hei, aku harus tidur dimana?” Kurcaci ketujuh akhirnya tahu apa yang harus dikatakan.
Esoknya, Snow White terbangun dan kaget melihat kurcaci.
“Hai, aku kaget lho…”
Ketujuh kurcaci tersebut ikutan terbangun.
“Ah”, “rupanya”, “kamu”, “sudah”, “terbangun”, “dari”, “tidurmu.” (kata-kata tersebut diucapkan secara berurutan oleh kurcaci)
“Kalian pemilik kotej ya? Maafkan aku, aku telah memakan semua tepung kalian… Tapi kalian kok makannya tepung?”
1. “Ah itu… Nggak papa… Nggak tahu juga, setelah kami memberikan makanan ternak, menyiram sayuran, atau mengambil hasil panen, warga memberi kami tepung…”
2. “Iya, habis murah kayaknya…”
3. “Baca guide dari mana sih?
4. “Iya, padahal nggak enak…”
5. “Kadang-kadang mereka juga datang siang-siang…”
6. “Minta relaxation tea leaves lagi.”
7. “Iya, budum.”
… Budum?
7. “Ah iya, kok aku bisa ngomong budum ya?”
“Sebenarnya nggak tahu kenapa aku bisa ada di hutan ini, aku nggak tahu jalan pulang. Boleh aku tinggal disini?”
“Asalkan kamu bisa mengurus rumah”, “masak”, “membersihkan tempat tidur”, “cuci baju”, “menjahit”, “menyulam”, “dan membersihkan rumah, kami bisa menerimamu.”
“Ah, aku bisa, tenang saja.”
“Baiklah kalau begitu.” Kurcaci manapun yang ngomong nggak penting.
Esoknya, ketika kurcaci itu pulang dari membantu pertanian warga…
Bukan warga sih, tepatnya seseorang yang memakai topi biru dan tas ransel kuning…
….
Hei, pekerjaan kurcaci itu bertambang tahu!
Sudahlah, ketika mereka pulang mereka melihat rumah mereka (masih) berantakan.
“Snow White! Mengapa semuanya masih berantakan?”
“Hah? Memang dari tadi gitu kok…”
“Bukannya kamu harus membereskan rumah?”
“Hah? Kenapa harus aku?”
“Kan perjanjiannya gitu, kamu harus bersihin rumah untuk tinggal disini…”
“Hah? Bukannya kalian bilang asalkan aku bisa mengurus rumah dan lain-lain? Aku bisa kok, tapi kenapa juga aku harus mengerjakannya untuk kalian?”
“Eee… Bila kau bilang seperti itu benar juga…”
Kemudian kurcaci-kurcaci itu menyesal tidak bisa meralat apa yang telah dituliskan pada cerita ini karena mereka nggak memiliki hak akses administrator.
Dari hutan kita beralih ke istana raja. Ratu senang karena kali ini cermin yang dimilikinya berbahasa Indonesia.
“Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Terima kasih cermin, kalau yang paling ganteng?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Kok… Kalau yang paling jelek?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“… Paling idiot?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Apa maksudnya semua ini?! Ini semua pasti gara-gara Snow White masih hidup dan bersembunyi di hutan! Aku akan membunuhnya sekarang juga!”
Kemarahan ratu sangat memuncak, ia pergi ke rumah penyihir dan mencari cara untuk membunuh Snow White.
“Tentu saja anda, wahai ratu.”

Ratu mendapatkan cara untuk membunuh Snow White dari penyihir yang ia temui di perempatan dekat pasar. Ia menyamar sebagai pedagang keliling dan menjual kalung ke Snow White.
“Wahai gadis yang cantik, maukah kau membeli kalung ini?”
“Kalung yang cantik sekali ya mama, eh, pedagang keliling. Aku beli deh.”
“Baiklah, akan kukenakan kalung ini ke lehermu.”
Ratu memakaikan kalung itu ke Snow White. Karena ingin membunuhnya, Ratu mencekik leher Snow White dengan itu. Snow White pingsan dan Ratu kabur kembali ke istana.
Snow White terbangun, “Dasar penjual aneh, masa kalung diikatkan ke tangan sih? Ngikatnya keras lagi, untung nggak di leher, bisa bahaya tuh.”
Snow White kemudian kembali ke rumah kurcaci dengan darah mengucur deras dari nadinya.
Ratu kemudian bertanya lagi pada cermin.
“Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Apa?! Snow White masih hidup!? Kurang ajar! Sekarang pasti akan kubunuh dia!”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
Kemudian ratu menyamar menjadi seorang nenek dan menjual sisir beracun ke Snow White.
“Wahai gadis yang berambut bagus, mau sisir?”
“Boleh juga mama, eh, pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir.”
Ratu kemudian menyisir rambut Snow White dengan sisir itu.
Sesaat kemudian Snow White pingsan. Ratu kembali ke istana dengan perasaan senang.
Snow White terbangun, “Dasar nenek, kok yang disisir rambut yang lain sih (yang mana?). Aku sampai pingsan karena geli.”
Snow White kemudian kembali ke rumah kurcaci.
Tunggu, pada adegan tadi rambut bagian mana yang disisir?
Di istana Ratu bertanya lagi pada cermin, tapi sebelumnya ia haus.
“Pelayan, ambilin minum dong!”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Apa?! Masih belum mati!? Argh! Sekarang pasti!”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
Pelayan datang tapi ratu keburu pergi.
“Lho, kemana sang ratu?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
Kemudian ratu menyamar menjadi seorang nenek, kali ini jualan apel beracun.
“Mau?”
“SMS sesama operator masih gratis? SMS ke operator lain 100 rupiah? Eh, bukan ya…”
“Duh, jangan iklan dong. Apel nih, mau nggak?”
“Mau dong mama, eh, pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir, eh, nenek penjual apel.”
Snow White kemudian memakan apel itu. Tidak lama kemudian dia pingsan.
“Hahaha, yang ini pasti mujarab. Kembali dulu ah.”
Kali ini berbeda, Snow White tidak bangun-bangun.
Para kurcaci yang baru pulang kaget, mereka kira Snow White mati dan meletakkannya di peti kaca.
Lho, nggak dipastikan dulu? Siapa tahu masih hidup?
“Nggak mau ah, dia cuma ngerepotin mas… Kalau masih hidup beneran gimana? Repot kan? Mas sih enak, cuma jadi narator, ngomong doang.”
… Duh, aku sih pinginnya jadi cermin yang cuma bisa ngomong “Tentu saja anda, wahai ratu.” itu…
Sudah lama Snow White tersimpan di lemari es… Eh bukan ya? Peti kaca ding.
Dia tidak terlihat seperti seseorang yang telah meninggal. Dia tetap seputih salju, semerah darah, dan rambutnya sehitam bingkai jendela itu.

Jangan-jangan bingkai di tempat lain…
Suatu hari pangeran kerajaan tetangga tiba di hutan tempat kurcaci-kurcaci itu, dia kebingungan juga kok bisa tiba-tiba ada disana.
Ia melihat peti kaca Snow White dan tertarik untuk membawanya. Ia membaca tulisan emas di peti itu.
“Dijual cepat, 10 ribu bisa nego.”
Pangeran itu membeli peti Snow White, dengan nego dulu tentunya. Sebenarnya para kurcaci merasa berat dengan kepergian Snow White itu.
“Ya jelas berat, kita disuruh mengangkat peti ini sampai kerajaan. Dasar pangeran pelit.”
Tiba-tiba ditengah jalan peti itu terjatuh karena dibuang oleh para kurcaci.
… Itu sih bukan terjatuh namanya.
“Berat tahu! Kamu kan nggak bayar biaya pengantaran. Udah ah, kami mau pesta teh, musim semi nih!”
“Tunggu dulu! Terus bagaimana aku bisa membawanya?”
Peti yang jatuh itu terbuka dan Snow White terjatuh. Dari mulutnya keluar potongan apel beracun itu.
“Aduh sayang nih!”
Snow White memakan kembali apel itu. Kali ini baru racunnya bekerja, tadi sih Snow White bukan pingsan, tapi tidur.
“Lho kok pingsan lagi?”
Pangeran tersebut menggendong Snow White sampai ke kerajaannya. Sampai di kerajaan, Snow White terbangun.
“Terima kasih tumpangannya.”
“Lho? Jadi kamu tadi tidak pingsan ya?”
“Kenapa aku harus pingsan? Kamu pingin aku pingsan ya?”
Kemudian Snow White pingsan. Ratu kerajaan itu tidak sengaja melihatnya.
“Anakku! Apa yang kau lakukan pada gadis itu? Kamu telah menghamilinya ya?!”
“Apa?! Kalau begitu maafkan aku ibu! Aku akan bertanggung jawab!”
Kemudian Snow White dan pangeran itu akan dinikahkan.
Di lain tempat, ratu yang lain sedang berbicara pada cermin.
“Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?”
“Tentu saja anda, wahai ratu.”
“Apa!? Snow White menikah dengan pangeran kerajaan lain?! Kurang ajar, masih hidup saja dia!”
Ratu pergi ke kerajaan tetangga dengan amarah yang memuncak.
“Tentu saja anda, wahai ratu.”

Sesampainya di kerajaan tetangga, ratu (mama Snow White, tapi bukan manajernya kayak yang di suatu acara TV) melihat pernikahan Snow White dengan pangeran kerajaan itu. Ia mendekati Snow White dan akan mengucapkan mantera kutukan.
“Snow White! Ternyata kau ada di sini!”
“Pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir, eh, nenek penjual apel, eh, Mama?!”
“Snow White… Mama selalu mendoakanmu, nak. Semoga kamu berbahagia dengan pangeran ini.”
“Mama… Terima kasih banyak.”
“Ratu, maafkan aku yang telah lancang menikahi Snow White. Aku telah menghamilinya…”
“Sudahlah, tidak apa-apa. Aku menunggu cucu pertamaku.”
“Mama?! Jadi mama tidak marah?! Mama memang mamaku yang paling baik!”
“Terima kasih bibi!”
Mereka semua bahagia, termasuk semua warga yang menghadiri pernikahan mereka.
Kalau bisa dibuat bahagia, mengapa memilih ending yang harus-ada-yang-mati?
Dan tidak jauh dari tempat pernikahan itu… Akhirnya… Aku melihat bingkai jendela yang berwarna hitam itu.

Selasa, 10 Mei 2011

Pinokio

Setelah hampir 24 jam melakukan editing and looking for the inspiration.. Finally, this fuckin' story was finished.

Tarik nafas sebentar....yeah, berjuang lagi!!! Menyenangkan!

Well, gw beritahukan, cerita ini cukup panjang. Oke, bukan cukup, cerita ini panjang banget. So, you must leave all of your problem to read this story, and... This is it! #korbanFarahQuin

Pada suatu masa lalu di Eropa, saat itu boneka yang terbuat dari kayu sangat populer daripada robot yang bisa bergerak sendiri. Lho kenapa? Soalnya saat itu masyarakat sudah bosan.

“Alah… Paling geraknya robot ya gitu-gitu saja, bosan! Coba lihat boneka kayu ini, tidak bergerak! Fantasis!”
Ya begitulah komentar salah satu anak pada jaman itu.

Gepetto adalah pembuat boneka kayu yang tidak seperti lainnya, boneka kayunya tidak laku dijual. Kenapa? Karena ia belum membuat satu boneka kayupun.

Tetapi sekarang sudah hampir jadi satu. Ia sangat menyayangi boneka kayu itu seperti anaknya sendiri. Ia memandikan boneka kayu itu, membacakannya cerita dongeng, mengajaknya bermain, makan bersama, mengantarnya pergi sekolah, bukankah Gepetto seorang ayah yang baik? Boneka itu bernama Pinokio atau nama pendeknya Pinokio, jadi dia biasa dipanggil Pinokio. Tunggu dulu, jadi nama panjangnya apa? Pinokiooooooooooo? Bukan, nggak kreatif itu, sudah banyak lawakan kayak gitu, kamu pikir bringthepoison.blogspot.com itu apa? Tukang mbacem? Jangan gitu kamu! Nama panjangnya adalah PPPPPiiiiinnnnnoooookkkkkiiiiiooooo.

Setelah beberapa hari akhirnya Pinokio sudah lengkap. Sudah ada tangan, kaki, kepala, badan, semua sudah lengkap, termasuk USB port, bluetooth, GPRS, Intel Dual Core, OS Windows 7, internal modem, integrated VGA camera, dan password-protected security system. Gepetto yang pada awal pembuatan Pinokio mau menjualnya, sekarang mengurungkan niatnya. Ia sudah terlanjur sayang dengan Pinokio. Ia ingin menyimpannya saja, dan kadang-kadang menggunakan Pinokio untuk memutar MP3. Tetapi konsekuensinya, ia jadi tambah miskin. Perabot rumah tangganya pun ia jual untuk membiayai kehidupannya dan Pinokio, tempat tidur, kursi, lemari, sofa, komputer lengkap, AC, iPod, mobil Ferrari, dan lain-lain, bahkan tanah seluas 10000 Ha yang ia miliki di Los Angeles pun ia jual. Otomatis yang ia punyai hanya rumah yang beratap asbes dan berdinding kardus.

Dunia peri kasihan melihat nasib Gepetto, kemudian sang ratu peripun menyuruh peri biru (Blue Fairie - BF Normal false falsefalsefalse EN-USX-NONEX-NONE ) untuk menyenangkan Gepetto. Peri biru tersentuh melihat betapa sayangnya Gepetto terhadap Pinokio padahal Pinokio hanyalah sebuah boneka kayu. Kemudian terbesit di pikirannya untuk membagi beberapa DVD (DVD Biru )… Bukan yo! DVD film BIASA! Tetapi sebelum memberikannya ia mengecek dulu film tersebut, siapa tahu ada yang you-know-what. Tunggu, maksudnya film BIASA bajakan, bukan YANG LAIN! Ingat, piracy is crime! No DVD bajakan, OK?! Soalnya aku nggak punya DVD player…

Dari film lawas buatan Waltz Disiny berjudul Pinochio peri biru terbesit untuk menjadikan Pinokio anak laki-laki, seperti Pinochio pada film itu.

Malam itu Gepetto sudah tertidur. Berbekal peralatan ajaib seperti linggis dan kawat serbaguna, peri biru mencoba masuk rumah Gepetto. Tidak sulit memasuki rumah Gepetto, soalnya Gepetto hanyalah orang biasa, dan dia berpikir rumahnya nggak bakal dimasuki maling. Paling-paling cuma kunci pagar (gembok) dan kunci pintu plus beberapa ranjau yang ditanam disekitar halaman plus radar pengaman plus laser security system plus plus.

Gw jadi nggak yakin kalau ini benar-benar masa lalu…

Begitu masuk, peri biru menemukan pinokio yang tergeletak tidak berdaya, lalu entah setan darimana yang membisiki peri biru, peri biru mulai dengan paksa melucuti satu-persatu pakaian yang dikenakan pinokio. Pinokio pun tidak berani melawan dan hanya pasrah…

Duh, gara-gara film biasa…
SUDAH! HENTIKAN UNSUR PORNOGRAFI! PERHATIKAN RUU ANTI PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI!
Argh, ini negeri dongeng! Bukan suatu dunia khayalan yang ada di luar buku dongeng sana!


Peri biru menemukan pinokio dan kemudian mengucapkan mantera sihirnya.
“Sim salabim!”
Dan kemudian muncul jendela pop-up:
User: Blue Fairie - Spell: Sim Salabim. Spell does not match.
“Huh? Apa ini?”
Kemudian muncul help pop-up:
Magic wand has been secured with password-protection. This feature has avaliable since Windows 98.7821908 OS.
“Argh! Apa ini?! Sejak kapan magic wand-ku ada kayak gini?! Gak tambah canggih malah ngrepoti! Buat apa juga pakai Windows?”
Kemudian muncul blue screen:
Illegal sentence: Windows will shut down.
“Hah? Kok malah shut down?”
Is now safe to use your magic wand.

Lupakan adegan diatas, sungguh.

Kemudian dengan spell-nya pinokio menjadi seorang anak laki-laki.
“Hoahm… Dimana aku?”
“Pinokio, sekarang kamu sudah mirip seorang anak laki-laki.”
“Hah?! Siapa kamu?! Maling ya?!”
“Hush! Nggak sopan, aku ini peri biru yang mengubahmu menjadi seperti anak laki-laki.”
“Apa?! Memang siapa yang minta menjadi anak laki-laki?!”
“Aku sebenarnya kasihan sama penciptamu Gepetto! Dia sangat kesepian tidak memiliki sanak keluarga! Dia bahkan tidak pernah tertawa semasa hidupnya.”
Kemudian dari kamar Gepetto terdengan tawa terbahak-bahak.
“Nah terus apa itu? Dasar peri pembohong! Pergi dari kamarku atau kupanggil polisi!”
“Apa? Kamu mengancam? Aku tidak takut!”
“Baiklah kalau begitu, PAK POLISI!!!!!!”
Kemudian terdengan suara ketukan pintu. Pinokio membuka pintunya dan terlihat seorang polisi di depan pintu.
“Apa benar disini rumah saudara Pinokio?”
“Benar pak.”
“Oh ya udah, saya kira bukan.”
Dan polisi itu pulang.

“Nah, sekarang kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi pinokio, ha ha ha ha!”
Peri biru mengambil sebilah parang.
“TOLONG!!!!!!!”
Gepetto yang mendengar suara teriakan pinokio terbangun dari melihat TV. Ternyata dia tidak tidur.
“Ada apa pinokio?!”
“Tolong pa, ada peri ingin membunuhku!”
“APA!!??”
“Tidak om, saya hanya terbawa suasana! Saya tidak berniat membunuh pinokio!”
Kemudian Suasana, seseorang yang tidak dikenal, tidak sengaja membawa putri biru pergi.

Gepetto menangis dan memeluk pinokio.
“Pinokio anakku, kamu nggak apa-apa?”
“Nggak papa ayah, aku baik-baik saja.”
“Baiklah kalau begitu, cepat tidur, biar nggak ngantuk besok di sekolah.”
“Baik ayah.”

Kemudian besoknya, dan besoknya, dan besoknya, dan besoknya, dan besoknya… Kok jadi mirip tuan Krab?
Pinokio pergi sekolah seperti biasanya. Dan seperti biasanya, ia berpamitan dengan Gepetto.
Tunggu dulu, biasanya??
Iya, Pinokio kan anak baik. Dia rajin sekolah dan berpamitan dengan orang tua.
Lho, Bukannya biasanya pinokio boneka kayu?

Ganti adegan kalo gitu.

Suasana telah sadar dan mengembalikan peri biru ke rumah Pinokio.
“Ayah! Itu kembali lagi!”
“Aku tidak jahat! Dan jangan memanggil dengan sebutan itu! Memangnya aku benda? Aku bukan m******i SK!
“Ayah! Dia menghina m******i SK!”
Gepetto menghampiri mereka berdua.
“Kamu salah paham tentang keduanya, Pinokio. Pertama, peri itu tidak jahat. Kedua, ah aku tidak bisa menyebut nama’nya’!”
“Paman Gepetto, anda percaya pada saya?”
“Ya, saya yakin kamu peri baik-baik. Dan juga… Tunggu dulu…”
“Ada apa paman Gepetto?”
“Ada apa ayah?”
“TIDAK MUNGKIN!!! PINOKIO BISA BERGERAK DAN BERBICARA!!!!!?????”
“…”
“Bukannya sudah dari kemarin om?”
“Kemarin? oh ya! Saya kira kemarin MP3 lagu!”
“…”
“Sudahlah, itu nggak penting! Pinokio, aku sangat bahagia kamu menjadi anak laki-laki!”
“Ketahuilah paman, yang mengubahnya itu aku lho…”
“Sebenarnya aku ingin anak perempuan, tapi nggak papalah.”
“Hmmm, sulit juga lho mengubah pinokio…”
“Ayah, aku juga sangat bahagia…”
“Om? pinokio?”
“Pinokio…”
“Ayah…”
“Halo?”
“Anakku…”
“Ayahku…”
“DENGARKAN AKU!!!”
“Huh? Kamu bicara sesuatu, peri biru?”
“!@#$%^&*()”
Pasti bingung siapa bicara yang mana kan?

Setelah kangen-kangenan, peri biru mulai membicarakan hal yang serius.
“Pinokio, kamu memang sudah menjadi seperti anak laki-laki, tapi masih jauh dari anak laki-laki sebenarnya. Ada tiga peraturan yang harus kamu ingat.”
“Apa itu?”
“Pertama, jadilah anak baik. Kalau kamu jadi anak baik, kamu bisa selangkah lebih dekat dengan anak laki-laki.”
“Hmmm…”
“Kedua, jika kamu berbohong hidungmu akan menjadi panjang.”
“Oooh…”
“Ketiga, ini yang paling penting!”
“Apa itu!?”
Suasana menjadi hening.
“Tunggu dulu, kenapa Suasana dibawa-bawa lagi? Dia orang tidak dikenal!”
Oh baiklah. Keadaan menjadi hening.
“Sekarang siapa lagi itu Keadaan?!”
Brew… Keadaan itu bukan nama orang… K-nya kapital karena setelah tanda titik.
“Oooh…”
Keadaan menjadi hening.
“Zzzz…”
Saking heningnya Pinokio dan Gepetto tertidur.
“… Dasar manusia, kerjanya molor melulu.”
Dan peri biru juga ikut tidur tanpa menyebutkan peraturan ketiga. Itu adalah kesalahan yang sangat fatal, mereka berdua tidak tahu bahwa peraturan ketiga adalah peraturan yang sangat mengerikan.

Pinokio senang bisa hidup seperti layaknya anak laki-laki biasa. Ia sekolah, bermain, makan, mencuri, mengganggu teman-temannya, bermain kembang api di toko bom eceran dekat rumah.

Sebentar sebentar sebentar! ketiga hal terakhir tidak biasa dilakukan oleh anak laki-laki biasa!
Ketiga hal terakhir? Sebentar sebentar sebentar?
Bukan, yang sebelumnya!
… (Titik titik titik)?
Argh, lupakan!



Kok nggak diteruskan ceritanya?
Lha… Katanya lupakan? Ya sekarang sudah lupa sampai mana ceritanya tadi…

Brain defragment… 100%

Nah sekarang aku ingat!
Mari kita mengingat kembali apa yang terjadi pada bagian pertama…

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Nah, begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Akhirnya Pinokio bisa melakukan hal yang selama ini dia impi-impikan, yaitu bertingkah laku seperti anak laki-laki.
Tunggu dulu! Itu bertentangan dengan bagian pertama!
Benarkah? Mari kita flash back ke bagian pertaman…

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Hmmm, ternyata Pinokio memang tidak meminta menjadi seorang anak laki-laki.
Baiklah, akhirnya Pinokio bisa melakukan hal yang selama ini dia tidak impi-impikan, yaitu bertingkah laku seperti anak laki-laki.
Tunggu dulu! Kalau tidak di impi-impikan, kenapa dilakukan?


Sudahlah.
Akhirnya Pinokio bisa bertingkah laku seperti anak laki-laki, entah dia mengimpi-impikannya atau tidak, soalnya kalau dibahas disini jadi nggak selesai-selesai, seperti dulu itu pernah, tapi aku lupa dimana, pokoknya panjang nggak selesai-selesai, jadi tambah banyak komentar dan ceritanya dinilai jelek, ya gimana lagi?


Suatu hari peri biru datang ke rumah Gepetto.
“Hai Gepetto, sudah lama tidak bertemu.”
“Ya cukup lama, aku sampai lupa sudah berapa lama cerita ini putus di tengah jalan dengan dalih pengarangnya lupa ingatan.”
“Cerita? Pengarang? Apa maksudmu?”
“Sudahlah, ada perlu apa kamu kesini?”
“Aku membawa seorang asisten untuk mengawasi Pinokio, agar dia tidak menjadi anak yang nakal.”
“Hmmm… Benar juga…”
“Nah ini dia.”
“Hei kenalkan, namaku Jimmy JANGKRIK!”
“Eh… Ya, kenapa nama belakangmu ditulis kapital semua? Dan juga ada tanda serunya…”
“Oh, maksudmu JANGKRIK!? Ya itu karena jenisku adalah JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Hei peri biru, apa kamu pikir dia adalah asisten yang tepat??!!”
“Tenang saja, dia sudah mempelajari semua hal yang bisa meredamkan kenakalan anak.”
“Wow, benarkah?”
“Ya, dia sudah kenyang pengalaman. Dia dipenjara karena mencuri, dikarantina karena menggunakan obat terlarang, dipenjara lagi karena menjadi bandar obat terlarang, dikarantina lagi setelah menjadi pecandu berat, dan dipenjara lagi karena terbukti menjadi anggota sindikat mafia. Hei, bukankah penjara dan karantina adalah tempat untuk meredamkan kenakalan anak?”
“Eh, ya benar sih… Tapi kelihatannya ada yang salah…”
“Sudahlah, itu hanya perasaanmu saja. Hei, Jimmy! Pergilah ke sekolah untuk menemui Pinokio.”
“OK gan! Hei, lain kali panggil nama lengkapku, Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”


Kemudian tepat pada pukul 12 siang, saatnya Pinokio pulang sekolah.

Kok belum pulang ya? Yaa… Telat dikit lah, namanya juga sekolah.
KRINGGGGGGGGGGG!
Oh, rupanya baru sekarang pulangnya.
KRINGGGGGGGGGGG!
Lho? Oh ternyata itu bunyi alarm wekerku. Ups, saatnya ngegame. Kalian tahu kan ngegame lebih menyenangkan daripada membuat cerita? Nah, kalian lihat sendiri ceritanya.

“Dah teman-teman!”
“Dah Wooddoll! Sampai ketemu besok!”
“Ya, sampai ketemu besok!”
“Eh nggak sih, aku besok bolos, bengkel-kan ya?”
“Hei, ini TK! Bukan STM!”
“Halah, kita harus membiasakan diri dengan STM, kan sebentar lagi masuk STM!”
“Eh iya juga…”
“Bye!”
“Bye!”



Pengarang? Pengarang? Duh, dia lagi ngegame… Aku saja yang melanjutkan.
Hei, kamu siapa!?
Lha kamu sendiri siapa?

Sudahlah.
Pada gerbang sekolah Pinokio bertemu dengan Jimmy ‘you-know-who’.
“Hai Pinokio! Namaku Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Eh, iya… Kok kamu mengenalku? Ada perlu apa?”
“Tenang dulu guy! Mulai sekarang aku adalah asistenmu. Kamu tidak akan lepas dari pengawasanku. Jangan coba-coba berbuat nakal.”
“Eh, aku tidak nakal kok. Jadi kamu pergi saja.”
“Oh benarkah? Wow! Kamu praktikan… Eh maksudku kamu anak yang baik. OK kalau begitu, aku akan kembali main The Crime! Hei, jangan lupakan aku, Jimmy JANGRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Eh ya, dasar aneh.”
Begitulah akhirnya, Gepetto dan peri biru mengira Pinokio sudah aman karena diawasi Jimmy, Jimmy sedang asyik menggunakan fasilitas internet gratis untuk main The Crime, sedangkan Pinokio tidak terawasi sama sekali.

Suatu hari ada sirkus datang. Karena belum tahu sirkus itu apa, Pinokio penasaran dan ingin menontonnya.
“Sirkus dimulai pukul 08.00. Aku ingin datang, tapi aku kan harus sekolah, enaknya gimana ya?”
Pinokio melihat papan pengumuman di dekat tenda sirkus. Harga tiket sirkus: 5000 Tale Rupiah (TR - bukan Tale Dollar, aku cinta rupiah!)
“Harga tiketnya 5000 TR? Mahal sekali? Apa untuk anak-anak tidak ada diskon?”
Baiklah, harga tiket sirkus untuk anak-anak 3000 TR, sudah didiskon ini.
“Apa? 3000 TR? Yah, aku kan cuma punya 1150 TR… Kalau gitu aku sekolah saja deh…”
Tunggu, harga tiket sirkus untuk boneka kayu yang telah disihir menjadi anak laki-laki oleh peri bitu hanya 1150 TR.
“Wah, 1150 TR! Tapi untuk beli jus jeruknya…”
OK OK OK… 750 TR, gimana?
“Baiklah, aku nonton sirkus saja deh, 5 menit lagi mulai.”
… Bukannya yang tadi tulisan di papan pengumuman?

Sekarang sudah pukul 15.00. Biasanya Pinokio sudah sampai di rumah, tetapi tidak untuk hari ini.
“Dimana Pinokio ya? Jangan-jangan terjadi sesuatu… Aku harus hubungi peri biru.”
Karena jaman itu belum ada telepon, Gepetto menghubungi peri biru lewat jalur komunikasi satelit.
“Halo, disana peri biru?”
“Ya, siapa ini? Cosmo? Juandissimo? Atau Jorgen?”
“Eh, bukannya itu peri di… Sudahlah, ini Gepetto! Pinokio hilang!”
“Hilang? Tunggu dulu, sudah 24 jam atau belum?”
“Argh! Aku tidak bisa menunggu selama itu!”
“Baiklah, akan kuhubungi Jimmy. Nanti aku kesana, dah Gepetto sayang.”
“Dah peri biru sayang… Eh, hei! Ini bukan saatnya bercanda!”
Kemudian peri biru menghubungi Jimmy.
“Hei Jimmy, gimana kabar Pinokio?”
“Eh, ini biru ya? Sudah kubilang panggil nama lengkapku, Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Hentikan menjelaskan itu! Gimana kabar Pinokio?”
“Pinokio? Kelompok berapa? Eh, oh anak itu… Dia tidak nakal.”
“Aku tidak tanya dia nakal atau tidak, dia dimana sekarang? Apa sama kamu?”
“Sama aku? Plis deh, ya enggak lah! Katanya sih aku disuruh pergi, ya udah.”
“Apa? Kamu pergi? Dasar! Aku matikan proxynya!”
“Jangan! Aku sudah hampir bisa mencuri di national museum.”
“Tuuut, tuuut…”
Sambungan terputus.

Kemudian peri biru mendengar kabar dari infotainment kalau Pinokio sedang berada di mulut ikan paus.
Hei, katanya tadi di sirkus? Kok sekarang di mulut ikan paus?
Oh iya, ini sebenarnya…
Kolusi, populis nepotisme, intensif ekstradisi, eliminasi…
Eh bukan, maksudnya… Gimana ya? Oh ya! Masih ingat dengan peraturan ketiga yang tidak sempat diberitahukan pada bagian pertama? Mari kita review bagian pertama sejenak.

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Ada yang salah?

Peraturan ketiga adalah: jika Pinokio menonton sirkus, maka dia akan berada dalam mulut ikan paus.

Sudahlah. Intinya (aku tidak bilang ‘pokoknya’ disini) Pinokio sedang berada dalam mulut ikan paus dan itu berbahaya! Pernah kesana nggak?!
Peri biru memberitahukan hal ini pada Gepetto.
“APA?! Pinokio!! Tidaaaakkkk!!!!”
“Sudahlah, kamu jangan bersedih dulu. Kita harus selamatkan Pinokio!”
“Peri biru, kamu sangat perhatian sama Pinokio, sebenarnya ada apa?”
“Sebenarnya… Gepetto… Aku sudah lama merahasiakan hal ini…”
“Peri biru?”
“Sebenarnya… Pinokio itu…”
“Pinokio adalah anakmu?”
“… Benar…”
Keadaan menjadi hening…

“HEI, YA NGGAK LAH!!!! Sudahlah, ayo kita selamatkan Pinokio!”
“Eh, ayo!!”

Blue Fairie and Gepetto To The Rescue!

Mereka berdua mengendarai salah satu dari mereka, maksudnya peri biru, menuju Samudra Hindia menyelamatkan Pinokio.
Bukannya Eropa sama Samudra Hindia jauh? Kok Pinokio bisa sampai sana?
Itu sekarang tidak penting. Yang penting Pinokio diselamatkan dulu.

Tidak lama kemudian, mereka sampai ke ikan paus tersebut. Cepat sekali ya?
“Itu dia ikan pausnya!”
“Ayo kita masuk ke dalam mulutnya!”
Tiba-tiba mulut ikan paus tersebut terbuka.
Apakah mereka berhasil menyelamatkan Pinokio?
Apakah ikan paus tersebut akan mengurung mereka bersama Pinokio?
Apakah ikan paus tersebut ganas?
Apakah ini tanda cerita ini akan bersambung lagi?

Tidak! Kalau cerita ini bersambung, lanjutannya bakalan nggak muncul.

Tiba-tiba mulut ikan paus tersebut mengeluarkan sesuatu.
“Apa itu?!”
“Itu… Itu…”
Tiba-tiba banyak orang yang keluar dari mulut ikan paus tersebut. Ya, sirkus telah selesai. Ternyata sirkus tersebut diadakan di mulut ikan paus.
Pinokio pun keluar dengan selamat. Dia bertemu dengan Gepetto dan peri biru.
“Ayah! Peri biru! Kenapa kalian disini? Kalian melihat sirkus juga? Sirkusnya bagus sekali!”
“Pinokio! Kalau kamu ingin menonton sirkus kenapa tidak bilang kami?”
“Iya, kami sangat khawatir…”
“Maafkan aku ayah. Aku berjanji ini untuk yang terakhir kalinya.”
“Sudahlah, yang penting kamu selamat. Kapan-kapan kalau ada sirkus lagi atau pertunjukan lainnya kita nonton bertiga.”
“Wow, terima kasih ayah!”
“Bertiga? Maksudmu denganku?”
“Ya peri biru, aku baru sadar… Ternyata kamu sangat baik. Maukah kamu menjadi pasangan hidupku?”
“Gepetto… Tunggu dulu! Bukannya kamu sudah kakek kakek?”
“Apa? Nggak! Pada bagian pertama tidak dijelaskan hal tersebut!”
“Benarkah? Mari kita lihat pada bagian pertama.”

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…


Sudahlah, hentikan


Yep! See you on the next post :)
Sori kalo kepanjangan :D

Senin, 09 Mei 2011

Aladdin

Oke. Setelah berabad2 lamanya.. Akhirnya gw bisa posting juga nih. Yah.. Walaupun kurang jelas tentang apaan nih postingan, tapi semoga kangen kalian sama blog ini bisa tersalurkan #cuih. Langsung aja brew.. See it!

ALADDIN

Pada tahun 2011, Hiduplah seekor Aladdin di Balikpapan. ( Lo..alladin kok di Balikpapan tahun 2011? Alladin kan manusia, arg..pembukaanya salah. Saya ulang lagi deh) Jaman Dahulu kala, di sebuah padang pasir yang luas. Hiduplah Aladdin sendirian. Aladin Ini pemuda pengangguran yg sangat miskin. Nama lengkapnya Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin disingkat Aladin (Mohon maaf jika ada kesamaan nama, ini hanya kebetulan saja. Gw lagi males mikir nama yang pas) saking sangat miskinnya, sampai sampai bajunya cuma tinggal yang melekat di badannya saja yakni satu setel jas dan dasi yang udah butuut banget.

Karena tidak tahan hidup di padang pasir yg sepi dan amat gersang, aladdin ini pun pergi ke kota besar dibelakang rumahnya. Dengan membawa sekantong uang dollar dan rupiah, tidak lupa membawa GPS dan Ipod. Tapi sialnya uang dan seluruh hartanya habis, karena dirampok dan karena kebanyakan main game multiplayer kayak Point Blank, Counter-Strike, RF, Ayodance dan SEAL Online. Sampai-sampai Aladin terpaksa menggadaikan Abu, monyetnya, hanya untuk beli aqua botolan.

Akhirnya, si aladin miskin pulang ke rumah melewati sebuah gurun pasir yang sangat ganas, yang ganasnya mampu membuat anak kecil yang menangis pun menjadi diam (?). Karena jaraknya masih jauh, dan Aladin butuh tumpangan, ia pun terpaksa merelakan uangnya yang terakhir, sekeping lima ratusan untuk menelpon supir pribadinya. Karena HP terbarunya iPhone 4GS dan Blackberry Torch-nya lupa dibawanya.

Setelah cari-cari telepon umum, akhirnya ketemu juga. Sialnya, waktu mau memasukkan koin lima ratusan itu ke dalam telepon umum, koin itu jatuh dari sakunya dan menggelinding jauh.

Aladin yang kaget tersadar. Segera dikejarnya koin lima ratusan yang menggelinding itu dengan Semangat Empat Lima. Baginya, koin lima ratusan yang terakhir itu adalah penyambung hidupnya.

Koin lima ratusan itu terus menggelinding, dan Aladin tetap saja mengejar. Melewati lembah dan gunung, bermandi peluh dan keringat, didera lapar dan dahaga, diterpa hujan dan badai, disengat panas yang membara, semangat Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin alias Aladin tak pernah padam. Baginya lebih baik ia mendapatkan koin itu untuk menelpon supir pribadinya daripada harus dibuat main Di Warnet. Soalnya lagy bikin blog baru (loh, apa hubungannya? :haha: )

Sampai akhirnya, sampailah ia di depan sebuah gua tak bertuan (Soalnya ada tulisan “GUA TAK BERTUAN” gede di atasnya, diterangi lampu disko kelap kelip) Koin itu menggelinding jauh masuk ke dalam gua yang gelap. Namun Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin (alias Aladin) bukanlah seseorang yang penakut. Ia pernah menakklukkan sepuluh ekor….. kecoa sendirian dengan sekali semprot (semprot?). Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, ia berjalan dengan gagah berani memasuki gua yang gelap itu.

“Aduh saklar lampunya mana sih??!” Keluh aladin.(di gua mana ada saklar lampu?) seru Aladin sambil sesekali terantuk batuan stalaktit dan stalakmit gua yang tersusun dari batuan kapur yang setiap tahun sekali selalu memanjang karena perubahan struktur kapur disebabkan rembesan air dari bagian atas gua. Walau begitu ia masih bisa melihat kilauan koin lima ratusannya, berpendar dalam kegelapan, menggelinding makin jauh masuk ke dalam.

Sampai suatu saat koin yang menggelinding itu tiba-tiba terantuk sesuatu yang berkilauan. Aladin begitu amat sangat terkejut, karena tiba-tiba ia berada dalam sebuah ruangan gua yang luas dan terang. Sehingga ia bisa melihat benda yang telah menghalangi koinnya untuk tetap maju.

“Eeehhh…. ini kan…” Dipungutnya sebuah benda seperti lampu pelita tua dalam cerita-cerita ‘Aladin dan Jin Lampu’ itu dan dipandanginya baik-baik.

“Ini kan pispot (pispot?), siapa sih yang kurang kerjaan, naruh pispot di sini” Aladin kesal. Ditendangnya pispot itu jauh-jauh dan dipungutnya koin lima ratusannya di tanah. Koin itu dimasukkan nya dalam sebuah kantung kulit yang diikat erat-erat. Kantung kulit itu kemudan dimasukkan ke dalam sebuah safety box portabel yang memiliki nomer kombinasi digital yang tersusun atas 10 kombinasi angka dan huruf. Belum lagi sistem pengamanannya yang dilengkapi dengan access restriction untuk user selain root group. Sehingga hanya hacker professional saja yang bisa menjebol passwordnya. ( untuk mencarinya passwordnya dapat menggunakan rapidshare. Tp pake account premium loh!!)

Saat akan beranjak dari situ, tiba-tiba dari belakangnya muncullah asap keperakan yang disusul suara ledakan seperti ledakan mercon. Waktu Aladin menoleh, di belakangnya berdirilah sesosok tubuh yang mengerikan. Wajahnya hitam, tubuhnya besar, lebih besar sedikit dari badak dan lebih kecil sedikit dari anaknya gajah. Matanya melotot merah seperti mata orang yang kurang tidur. Taringnya tajam dan ada sedikit bekas darah segar di situ (Lho iya, ini kan jin, bukan drakula, kalau gitu taringnya gak jadi deh). Ia mengenakan setelan jas armani yang sudah sobek-sobek. Matanya yang melotot memandangi Aladin tajam-tajam. Aladin merasa ngeri.

“S..SSSiapa KK..Kamu??” Gemetar suara Aladin bertanya pada sosok sangar di depannya.

Sosok sangar itu menjawab dengan suara berat yang mengerikan “HMMMM…… AKU ADALAH BLACK GENIE, JIN PENGHUNI LAMPU AJAIB YANG TELAH DIKURUNG SELAMA SERIBU TAHUN HMMMM……”
“B..Black Genie?? Oh… pantas…” Gemetar suara Aladin lagi.

“HMMM…… APA?!” Seru sang jin merasa terhina (padahal aslinya kan emang begitu)

“Eh bukan… maksudku…..maksudku kamu apanya Black Cannibal?” Aladin bertanya takut-takut.

“HMMMM…….. BLACK CANNIBAL ITU…. ADALAH SAUDARANYA ANAK KEPONAKAN CUCU PAMAN NENEK BAPAKKU MUHAHAHAHA HMMM….”

“Ketawanya jelek banget” Kata Aladin setengah berbisik.

“HMM……APA?!” Seru sang Jin lagi, kini ia benar-benar marah. “ENAK AJA KAMU BILANG KETAWAKU JELEK!! AKU DULU PEMENANG KONTES KETAWA TINGKAT KECAMATAN DI ALAM JIN!! AKAN KUHUKUM KAMU KARENA TELAH MENENDANG LAMPU TEMPAT AKU DIKURUNG!! Dan karena bilang ketawaku jelek hmmm……”

“T..Tunggu Om Jin…. Kukira itu bukan lampu, tapi pispot…. m…maaf.. soalnya mirip sih” jawab Aladin makin ketakutan.

“EEEENAK AJA!!! INI LAGI!! MALAH BILANG LAMPUKU KAYAK PISPOT!! HUKUMANMU AKAN KUPERBERAT 100.000 KALI DIKUADRATKAN EMPAT KALI !! Eh terus jadinya berapa ya?”

“Sebentar om jin, saya buka laptop TOSHIBA saya dulu. Saya pake google dulu buat jumlahin bilangan itu. maklum, saya dulu UAN ga lulus.  Disini ada wifiinya kan om jin?” Kata alladin

“owh..HEBAT JUGA KAMU. SAYA SUDAH PAKE WIRELES-G ACCES POINT buat internetan digoa. Biasanya sih buat liat youtube” Jawab jin jelek dengan lantang.

“pake speedy ya om jin, cepet banget nieh aksesnya. Apalagy ke www.bringthepoison.blogspot.com bisa 5 detik. Tadi om jin tanya kan? Jawabannya 10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000, Om Jin…” jawab Aladin lagi.

“OH IYA BENAR, PINTER JUGA KAMU. JADI KAMU AKAN KUHUKUM SEBANYAK ITU!! HMMMM……!!!!” Suara jin kembali menggelegar.

“J..jangan Om Jin… bukankah biasanya Jin kalau dibebaskan dari Lampu akan memberi 3 buah permintaan” Aladin memohon lagi.

“MAUNYA BEGITU BEGO!! TAPI KARENA KAMU TELAH MEMPERLAKUKAN PISPOT… EH LAMPUKU DENGAN TIDAK SOPAN, AKU JUSTRU AKAN MENGHUKUM KAMU!!! BERSIAPLAH TERIMA HUKUMANKU!!!” Gelegar Black Genie menggetarkan seisi gua.

Tak dinyana, teriakan Jin yang terakhir begitu kuat sehingga menggetarkan dinding gua. Sedetik kemudian tiba-tiba dinding gua retak dan runtuh. Batu-batu patahan stalaktit dan stalakmit berjatuhan. Aladin benar-benar ketakutan. Ia berlarian ke sana kemari menghindari jatuhan batu-batu di mana-mana.

“Toloooooong….. tolooooongg…. selamatkan sayaaaa…. Saya nggak bisa berenaaangg!!!” Aladin kaget , yang barusan teriak seperti itu ternyata si Jin. Dilihatnya Si Jin begitu ketakutan sambil nangis-nangis, menghindari reruntuhan. Warna hitam di kulit wajahnya langsung luntur seketika. ( karena jin ini habis ketumpahan tinta printer Canon) (??)

Namun Aladin adalah anak yang baik hati, berhati mulia dan rajin menabung sehingga hatinya tak tega melihat si Jin ketakutan. Segera ditolongnya si Jin untuk bersama-sama keluar dari gua. Sementara itu suasana bertambah gawat, Reruntuhan itu telah memicu bom waktu yang dipasang di setiap sudut di dalam gua. Sehingga Aladin, sambil menggendong si Jin, harus berpacu dengan reruntuhan dan api ledakan yang susul menyusul mengejar di belakangnya (keren jeh…kayak di film2 action holiwod itu. :D).

BUMMM!!! Gua itu tertimbun bebatuan dan tertutup untuk selamanya. Sementara itu Aladin dan Jin telah berhasil keluar gua dengan selamat. Jin yang merasa berhutang budi kepada Aladin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Aladin karena mengira Aladin adalah orang jahat. Sebagai balasan atas pertolongan Aladin, ia bermaksud memberi Aladin sebuah liburan gratis di Grand Hyatt Hotel Bali selama 3 hari 2 malam, ditambah akomodasi dan jemputan, tak lupa hadiah dari jackpot sebesar Rp. 7.500.025,00 kontan. Namun Aladin menolak.

“Aku tak mungkin menerima hadiah seperti ini” Seru Aladin. “Menolong sesama adalah kewajiban setiap umat manusia, dan lagi Aku menolongmu tanpa pamrih. Apa jadinya jika setiap orang meminta balasan atas apa yang telah dilakukannya kepada orang lain. Kau harus tahu, orang seperti itu tak ada bedanya dengan penjahat kelas kakap yang tahunya hanya uang dan uang. Pernah sekali aku bertemu dengan seseorang yang kelihatannya ramah di luar namun sebenarnya ia selalu menjelek-jelekkanku di belakang. Akan jadi apa dunia ini jika dipenuhi oleh orang-orang seperti itu. Semua hanya diliputi kepalsuan…. bla…bla….bla…bla ” Aladin berkata panjang kali lebar.

“M..maaf Tuan Aladin, tapi saya tak mungkin hidup dengan mengetahui bahwa saya telah berhutang nyawa kepada orang lain. Tak seorang pun mampu menahan penderitaan batin seperti itu, bahkan artis sinetron sekalipun” Ujar Black Genie, matanya berkaca-kaca menyiratkan perasaan yang mendalam.

…………………………………………………………………………………………………….

(Setelah itu Aladin dan Black Genie masih terus berdebat sampai sekitar 7 jam kemudian)

Akhirnya Aladin menyerah. Setelah bargaining dengan si Jin, ia pun akhirnya menerima pemberian Jin, yakni empat keping lima ratusan. Walau hati kecilnya menolak, namun pikirnya, “Lumayan lah bisa buat buka friendster dan facebook. Kalo ga gitu ya buat maen game multiplayer aja :D”

Dan Aladin pun kembali ke telepon umum untuk kembali menelpon sopir pribadinya. Sementara sang Jin kembali ke dalam lampu dan hidup damai sentosa bahagia selamanya.

Ceritanya kurang bagus yah? Yup! Gw lagi dalam tahap pengerjaan cerita disney yang ke2 nih..
See you soon :)

Sabtu, 12 Maret 2011

Macbeth? Freemason? Illuminate?

elo suka pake macbeth ga? gw sih suka. tapi apa kalian tau apa yang ada dibalik semua itu?


tau macbeth kan? brand terkenal kepunyaan Tom DeLonge dari blink 182 usut punya usut brand ini beraliran Freemason atau Illuminate. gw sendiri cuman tau sedikit perbedaan antara kedua kata ini. tapi yg jelas keduanya beraliran, ehm, sesat.


kedua arti menurut gw sendiri, bukan copas


illuminate: 
gerakan rahasia, yang katanya dipimpin dajjal. berdasarkan rumor yg beredar, artis2 dunia papan atas adalah kaki tangannya: justin bieber, selena gomez, lady gaga, manajemen republik cintanya ahmad dhani juga katanya *gw sih gak nuduh, cuman sharing doang
Illuminati artinya New World Order atau dalam bahasa indonesianya tatanan dunia baru


Lambang Illuminate


Freemasonry: 
kurang tau definisinya yg jelas tujuannya ada 3:


1.  menghapus semua agama (baik islam, kristen, bahkan yahudi sekalipun)
2. menghapus sistem keluarga
3. mengkucarkacirkan sistem politik dunia


lambang freemasonry
ini juga


nah, yg kita bahas kali ini ada MACBETH. kalo belum tau ini gambarnya




udah tau kan? oke. kembali ke gambar yang diatas




lihat lambang macbeth disitu? yup! selamat buat kalian yang menemukannya. dan buat yang ga liat, ini gambarnya




terus, kalo kita make macbeth, itu berarti kita ikut ajaran freemasonry/illuminate?
menurut gw sih enggak, bokap gw aja make ini 




haha! yaudahlah, ga usah terlalu dipusingkan. besok juga gue outing pake baju macbeth. hihi


sekali lagi, gue gak bermaksud menuduh, cuman mau share aja kok :)


see you brew...

Rabu, 23 Februari 2011

Blink 182 - I miss You




Hello there the angel from my nightmare 
The shadow in backround of the morgue 
The unsespecting victim of darkness in the valley 
We can live like Jack and Sally if we want 
Where you can always find me 
And we'll have Halloween on Christmas 
And in the night we'll wish this never ends 
We'll wish this never end 

Where are you and I'm so sorry 
I cannot sleep I cannot dream tonight 
I need somebody and always 
This sick strange darkness comes creeping on so haunting everytime 
And as I stared I counted the webs from all the spiders 
catching things and eating their insides 
Like indecision to call you 
And hear your voice of treason 
Will you come home and stop this pain tonight 
stop this pain tonight 

Don't waste your time on me your already the voice inside my head(6x) 

I miss you miss you(6x)